Sejak tahun 1990-an, dengan perkembangan teknologi komunikasi global yang pesat, Indonesia mulai memberikan pentingnya pada pembangunan infrastruktur kabel optik.Krisis ekonomi pada tahun 1998 memberikan pukulan berat pada industri kabel Indonesia, dan sampai tahun 2004, tingkat pemanfaatan kapasitas industri hanya 25%-30% dari kapasitas terpasang.000 ton pada tahun 2007Industri energi yang berkembang pesat dan pertumbuhan ekspor telah mendorong pemulihan ini.
Setelah memasuki abad ke-21, pemerintah Indonesia meluncurkan "Rencana Kecelakaan" untuk membangun pembangkit listrik tenaga batubara dengan total kapasitas terpasang 10.000 megawatt untuk mendorong permintaan kabel.Selain itu, pembangunan real estat dan infrastruktur di wilayah-wilayah seperti Timur Tengah juga telah meningkatkan permintaan untuk produk kabel Indonesia.Krisis keuangan global pada tahun 2008 menyebabkan penurunan penjualan, termasuk di pasar ekspor, dan kenaikan harga bahan dasar seperti tembaga juga menimbulkan tantangan bagi industri kabel.
Dalam beberapa tahun terakhir, dengan pembangunan jaringan 5G dan jaringan serat gigabit, industri kabel optik Indonesia telah membuka peluang pengembangan baru.pasar komunikasi optik global akan didorong oleh 5G, komputasi awan, pusat data, FTTH (Fiber to the Home) dan aplikasi multi-industri lainnya, mendorong permintaan regional untuk serat optik dan kabel untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.Tingkat pertumbuhan permintaan serat optik dan kabel di pasar berkembang seperti Eropa, Asia Selatan, ASEAN, dan Amerika Latin diperkirakan mencapai lebih dari 5%.
Di Indonesia, peningkatan penetrasi Internet dan pengembangan ekonomi digital telah mendorong peningkatan panjang total kabel optik.total panjang kabel optik di negara ini akan mencapai 590,58 juta kilometer, dan jaringan optik gigabit akan memiliki kemampuan untuk mencakup lebih dari 500 juta rumah tangga.
Saat ini produsen utama di industri kabel optik Indonesia termasuk perusahaan terdaftar seperti PT Sumi Indo Kabel Tbk, Tbk Jumbo Cable Co., Kabelindo Murni,dan perusahaan yang tidak terdaftar seperti PT Terang Kita, PT Presmian Indonesia, dan BICC dari Berca Group. Perusahaan-perusahaan ini mendominasi pasar domestik dan juga terlibat aktif dalam persaingan pasar internasional.